CERITA MISTERI.Islam Sinkretis
Islam Sinkretis di Tanah Batak
Seperti
Kejawen di tanah Jawa, di tanah Batak juga terdapat istilah Parmalim
yang diyakini sebagai sebuah agama yang utuh. Ajaran ini 70 persen
berasal dari agama Islam yang telah dikenal bangsa Batak sejak abad ke-8
M. Beberapa ajaran yang berasal dari pemikiran dan tafsiran-tafsiran
itu akhirnya disandarkan kepada Raja Uti dari Barus.
Kedudukan
Raja Uti bagi Parmalim adalah tokoh spiritual (Supranatural) dengan
kedudukan sebagai orang yang bertanggung jawab dalam membentuk
kepribadian Raja SM Raja dari pertama sampai dua belas. Bimbingan itu
juga berlaku kepada bangsa batak sejak dahulu kala.
Kata Malim
berasal dari bahasa Arab yang terdapat di kitab-kitab suci; yang berarti
suci dan saleh dari asal kata Muallim. Dalam bahasa Arab Muallim
merujuk kepada istilah orang suci yang menjadi pembimbing dan sokoguru.
Parmalim diistilah Batak berkembang ke dalam pengertian; orang-orang
saleh berpakaian sorban putih.
Bila kita pelajari Islam di tanah
Batak yang sangat berhubungan dengan Islam di Tanah Minang, dapat
diketahui bahwa istilah 'malim' masih digunakan di tanah Minang sebelum
era masuknya tarekat naqsabandiyah di sana. Ini berarti dalam era
tarekat syattariyah.
Mengenai asal kata Malim lihat H. M. Lange,
Het Nederlandsch Oost-Indisch Leger ter Westkust van Sumatra (1819-1845)
(Hertogenbosch: Gebroeders Muller, 1852), I, p. 16 B..d., "De Padries
op Sumatra," Indisch Magazijn, II, No. 1 (1845), pp. 175-176. Lebh jelas
mengenai istilah malim lihat Hamka, Ajahku, Riwajat Hidup Dr. H. Abd.
Karim Amrullah dan Perdjuangan Kaum Agama di Sumatera (3rd edition;
Djakarta: Penerbit Djajamurni, 1967), p. 24, ftn. 1.
Dikatakan bahwa :
…Islam
di Minangkabau mendapat perhatian publik saat kehadiran Syeikh
Burhanuddin yang mendirikan Universitas Ulakan di Ulakan, Sumatera
Barat. Syeikh Burhanuddin ini merupakan murid dari Abdulrauf Singkel.
Abdulrauf Singkel sendiri merupakan murid dari Hamzah Fansuri.
Alumni
univeristas ini akhirnya menyebar dan mendapat penghormatan dari
masyarakat di Minaggkabau darat yang berpusat di Pemansiangan, Agam.
Salah satu yang terkenal dari alumni-alumni tersebut adalah Tuanku Nan
Tua atau Tuanku Kota Tua (11) dari Empat Angkat, Agam.
Tuanku
Nan Tua, yang sudah terpengaruh dengan tarekat Naqsabandiyah, berusaha
mengenalkan sistem tasawuf ini meninggalkan tarekat Syattariah. Sebabnya
adalah berkembangnya faham syafii menggantikan faham syiah yang sudah
lama punah dari tanah Minang. Tarekat Naqsabandiyah dianggap lebih dekat
dengan mazhab syafii.
Salah satu murid Tuanku Nan Tua, mulai
naik untuk menyebarkan pembaharuan pemahaman agama ini. Pada waktu itu,
pemahaman lama Islam tidak mampun menciptakan law and order di tengah
masyarakat Minang yang akhirnya sibuk dalam maksiat dan lain-lain.
Murid
tersebut adalah Imam Bonjol yang berusaha berdiri menegakkan law and
order tersebut. Imam Bonjol sendiri sebelum dikenal dengan nama ini juga
sudah terkenal di masyarakat dengan nama Muhammad Syahab atau Peto
Syarief atau 'Malim' Besar'.
Malim di sini adalah pemimpin
tarekat. Dia juga masuk dalam jajaran administrasi pemimpin adat dan
tempat bertanya dalam konsultasi syariah. Artinya dalam budaya Batak,
Malim ini masuk menjadi jajaran penasehat raja sebuah huta di samping
parbaringin, dan raja patik.
Masuknya Islam ke tanah Batak yang
sangat dipengaruhi oleh budaya Aceh dan Minang sangat berpengaruh besar
dengan berkembangnya istilah Malim dan Parmalim menjadi sebuah
sinkretisme agama Islam.
Parmalimpun diklaim merupakan agama
monoteis aseli orang Batak. Sekarang ini agama ini telah diakui oleh
Pemerintah RI sebagai aliran kepercayaan. Seperti halnya sebuah agama,
ajaran ini mempunyai sekte-sekte. Tiga di antaranya yang terkenal adalah
Parmalim dengan pimpinan, (rasul?) Raja Mulia Naipospos berkedudukan di
Huta Tinggi, Laguboti. Sekte yang kedua dengn rasulnya Guru Somalaing
berkedudukan di Balige dan yang tekhir rasul Guru Mangantar Manurung di
Si Gaol Huta Gur-gur, Porsea. Sekte lain yang sudah pudar adalah Agama
Putih dan Agama Teka.
Raja Uti dianggap berkedudukan sebaga
pembawa agama seperti halnya Guru Nanak di keyakinan Sikh, para SM Raja
merupakan penerusnya dalam menerima wahyu dan para pemimpin agama
sebagai rasul-rasul pembaharu. Sejarah peradaban kaum Batak sebanding
dengan rekannya kaum Yahudi, Arab, India, Tao dan lain sebagainya yang
mempunyai nabi dan rasul-rasul dari kaumnya.
Sejarah Batak tidak
saja mengenai perluasan wilayah, adat-istiadat, perang dan konflik tapi
juga mengenai sejarah pencarian Tuhan dalam bentuk pembaharuan dan
perubahan pola pikir dalam beragama. Parmalim merupakan produk dari
proses pencarian Tuhan yang tiada hentinya dalam percaturan sejarah
bangsa Batak. Seperti halnya yang dialami oleh bangsa-bangsa dengan
peradaban yang maju lainnya.
Sekilas Agama Parmalim
1. Tuhan: Mulajadi Na Bolon (Yang Maha Besar tempat semua makhluk berasal)
2. Tempat Ibadah: Bale Parpitaan dan Bale Partonggoan
3. Kita Suci: Tumbaga Holing
4. Pembawa Agama/Tokoh Spiritual: Raja Uti
5. Pantangan: Riba, Makan Darah, Babi dan Anjing serta Monyet
6. Hari Suci: Sabtu
7. Pertama kali berdiri: 497 Masehi atau 1450 tahun Batak
Sandaran Teologis
Filosofi
Teologis dalam pemahaman Parmalim adalah tentang sebuah eksistensi.
Eksistensi manusia harus didasarkan pada komunikasi pada alam. Tanpa itu
keseimbangan tidak dapat dipertahankan. Salah satu ujud dari komunikasi
kepada alam akan membentuk penyadaran diri sebagai makhluk yang lemah.
Kegulauan
dalam pikiran yang menimbulkan pertanyaan dalam diri akan mendapat
jawaban dari diri itu sendiri, sebagai sebab akibat, bahwa segala
sesuatu itu ada karena ada yang mengadakannya atau yang membuatnya ada.
Siapa
yang mengadakan sesuatu itu tidak dapat dijelaskan dengan alam pikiran
manusia. Tetapi ada suatu kuasa. Kuasa yang Maha Besar dan agug yang
tidak dapat dibandingkan.
Tuhan
Ugamo malim menyebut kuasa
itu adalah Mulajadi na Bolon. Mulajadi na Bolon adalah Tuhan Yang Maha
Esa yang tidak bermula dan tidak berujung.
Keberadaannya adalah
kekal untuk selama-lamanya. Keberadaan Mulajadi Nabolon itu dalam ajaran
malim dapat dipahami dari tonggo-tonggo atau ayat-ayat doa berikut ini;
Ompung Mulajadi nabolon
Ho do namanjadihon langit na manjadihon tano
Namanjadihon saluhut nasa naadong
Ho do namanjadihon jolma umbahen naadong
Na manjadihon harajaon asa adong
Margomgom di toru ni langitmu, di atas ni tano on
Dijadihon ho do tondim jadi anakmu
Ima Raja Nasiakbagi
Margomgom hami di ruma hamalimon mi
Parajar si oloan jala marmeme si bonduton
Ajarna i do nahuoloi hami
Mamena i do na huparngoluhon hami
Umbahen ro hami saluhut ginomgom ni tondina
Sian holang-holang ni dosa nauanu on
Marluhut si pangantaran ni bale parpitaan
Dohot bale partonggoan
Marsomba mardaulat tu ho
Marhite lapir ni tangan nami marsomba
Timpul ni daupa dohot pangurason
Indahan na las
Dengke ni lean
Pira ni ambalungan
Manuk lahi bini
Hambing puti si tompion
Teori-teori
teologis yang dimengerti dalam ayat-ayat tersebut adalah bahwa Mulajadi
na Bolon atau Tuhan itu wujud atau ada. Tetapi tidak dapat dilihat. Dia
tidak bermula dan tidak mempunyai ujung. Ini merupakan sistem teologi
Islam yang diambil menjadi bentuk teolgi Parmalim.
Dia dapat
dihubungi dan dijumpai hanya dalam alam spiritual. Teori ini mengatakan
bahwa dia dapat disembah dengan sesaji. Dapat dipuji dalam kehidupan
yang lebih mendalam dari kehidupan manusia.
Dia adalah mutlak
absolut, Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Agung dan tidak dapat dibandingkan.
Dia dekat dan jauh dari alam ciptaannya. Dia adalah kuasa menghukum dan
kuasa mengampuni. Kuasa kasih dan kuasa murka. Demikianlah sifat-sifat
Mulajadi Na Bolon, Tuhan yang satu bersadarkan Ugamo Malim.
Keberadaan
kuasa Mulajadi Nabolon menurut ugamo malim terpencar dalam wujud Debata
Natolu, Debata Na Tolu adalah wujud kuasa dari tiga fungsi kuasa Tuhan
Yang Maha Esa.
Beberapa doa Parmalim menunjukkan beberapa kesamaan dengan Islam:
Marsomba mardaulat hami tu Ho,
Selanjutnya,
beberapa intelektual Batak mulai menggali sendiri, sistem keagamaan
Parmalim. Di antaranya Guru Somalaing, Manurung dan Naipospos. Ketiga
intelektual ini sangat berperan penting dalam mengembangkan sistem agama
Islam sinkretis ini dan ketiganya mendapat tempat khusus dalam sekte
masing-masing di agama Parmalim.
Guru Somalaing
Ajarannya
meliputi beberapa perintah dan larangan. Bila Guru Mulia befokus pada
pemahaman teologis ketuhanan maka Guru Somalaing banyak berfokus pada
ajaran agamanya yang menjadi pedoman sehari-hari hubungan antara
manusia. Dia kemudian tewas dalam sergapan pasukan ekspedisi Belanda
yang terinfiltrasi di Habinsaran.
Salah satu larangan yang sangat
ditekankan oleh Guru Somalaing adalah tidak boleh memakan darah, daging
babi dan daging anjing serta monyet.
Beberapa dewa-dewa sekte Somalaing adalah:
1. Tuhan Mulajadi Na Bolon, Sang pencipta
2.
Raja Hatorusan, yang dianggap sebagai penengah, yakni hasil campuran
asimilasi Raja Tarusan dari Minang yang menjadi asal usul nenek moyang
Sisingamangaraja. (Jelas ini merupakan informasi yang terpotong-potong
dari peradaban Islam di Barus.
3. Raja Uti, Kepala Kuria dari Barus
yang legendaris dan mempunyai moncong Babi, keturunan dari Sultan
Ibrahim dari Melayu yang menjadi utusan Raja. Keturunan Sultan Ibrahim
adalah muslim. Jadi ini merupakan pemuliaan terhadap muslim dan Islam
yang menjadi sumber dari ajaran ini.
4. Sisingamangaraja
5. Raja Siasat Bagi, penyebar agama Parmalim.
Pengikut
ajaran ini tersebar di tanah Batak khususnya di perbatasan Toba dan
Simalungun, yakni Aek Bontar, Silou Bosar dan Simangalogom dengan dua
guru yakni, Lada dan Telan.
Guru M. Manurung
Pembaharuan
agama parmalim yang perdibuatnya adalah pengorganisasian para pengikut
parmalim. Lengkap dengan susunan ritual dan pemimpin-peminpin hirarkis
ke Tuhan. Dia merancang ibadat, kebaktian dan tata adat serta
prosedur-prosedur lainnya.
Organisasi keagamaan mereka yang
terbesar adalah PAMBI singkatan dari Persatuan Agama Malim Baringin
Batak Indonesia, lengkap dengan divisi kaum ibu, ulama dan sayap mudanya
(Naposobulung). Mereka fokus dalam pembinaan ummat. Jumlah pengikutnya
adalah 502.496 jiwa pada tahun 1996 (buku ini diterbitkan).
Guru Mulia Naipospos
Dia banyak mengembangkan sistem filsafat dan teologi Parmalim.
Kesimpulan:
1.
Parmalim, sebagai sebuah ajaran Islam yang dikembangkan sendiri oleh
masyarakat adat Batak, merupakan efek samping dari penyebaran Islam di
tanah Batak yang tidak terstruktur. Beberapa kalangan Batak yang sudah
memeluk Islam kaffah sejak abad-abad permulaan hijriyah nampaknya tidak
berambisi dan berkeinginan untuk menyebarkan Islam secara
organisasional. Hal itu dapat dipahami dengan latar belakang sosiologis
dan ekonomi saat itu. Di mana ajaran agama Islam yang saat itu cenderung
sebagai 'ilmu pengetahuan' yang baru sengaja dirahasiakan oleh beberapa
kalangan Islam, agar kedudukan mereka tetap tinggi di tengah masyarakat
Batak yang animis dan pagan yang sangat menghormati orang yang ber
'pengetahuan luas'.
2. Parmalim sebagai ajaran Islam sinkretis
semakin terisolir dengan kehadiran penjajah Belanda. Ajaran Parmalim
menjadi cenderung untuk mencari sendiri argumen-argumen keagamaan untuk
mengisi kekosongan filsafat keagamaan yang belum tuntas diserap oleh
peradaban Batak dari Islam.
3. Hubungan antara Islam dan Parmalim
semakin putus saat revolusi kemerdekaan republik Indonesia, dimana Islam
sendiri maksudnya orang Islamnya sendiri semakin terpuruk akibat
politik agama penjajah Belanda.
4. Keterputusan itu semakin parah dan
mengakibatkan Islam dan Parmalim semakin jauh karena beberapa
intelektual Batak mulai melakukan kodifikasi ajaran Parmalim menurut
tafsiran dan pengembangan mereka berdasarkan informasi-informasi yang
didapat secara terpotong-potong, sesuai dengan kemajuan masyarakat Batak
yang semakin terbelakang di zaman kolonialisme Belanda.
5. Parmalim
menjadi sebuah aliran agama kepercayaan paska kemerdekaan RI karena
beberapa kalangan non-Parmalim ikut serta dalam pengembangan agama
parmalim yang semakin jauh dari Islam.
6. Karena merupakan sebuah
agama sinkretisme, ajaran Parmalim nampak sangat berbeda dan semrawut
bila ditilik dengan bukti-bukti sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar