LOBU TUA: JARINGAN NIAGA INTERNASIONAL
Barus
merupakan kota Batak yang tertua yang dapat ditunjukkan oleh
bukti-bukti sejarah yang valid khususnya mengenai daerah Lobu Tua di
Barus. Dari peninggalan-peninggalan sejarah di Lobu Tua, dapat diketahui
komunitas-komunitas apa saja yang pernah bermukim di Barus dan kemana
saja orang-orang Batak pernah melakukan kunjungan di luar negeri. Hal
ini juga untuk mengetahui jejak orang Batak di berbagai negara dan benua
sejak dahulu kala.
Pada tahun 1995 dan 1996, pada ekskavasi di
situs Lobu Tua dekat Barus ditemukan lebih dari 600 pecahan tembikar
asal Timur Dekat. Jumlah ini dapat dibandingkan dengan jumlah 8.500
pecahan keramik Cina yang dihasilkan pada waktu yang sama.
Semua
pecahan asal Timur Dekat ini berglasir. Hampir semuanya berbahan warna
merah jambu, berhiaskan goresan memotong slip berwarna terang dan
berglasir percik-percikan. Di Situs Lobu tua juga terdapat beberapa
pecahan kecil asal Timur Dekat yang bahannya seperti kapur putih dan
berglasir kusam, warna coklat lembayung atau berbagai jenis warna biru,
termasuk warna turkuas.
Di antara pecahan yang bahannya berwarna
merah jambu, berslip terang, berhiaskan goresan dan berglaisir
percik-percikan, hanya pecahan yang berlatar garis, sejajar (arsiran)
saja yang akan dibahas di sini. Dari dua kali ekskavasi, pecahan dari
Timur Dekat yang jumlahnya paling banyak adalah pecahan jenis ini.
Dari
pembahasan sementara stratigrafi di Situs Lobu Tua, belum dapat
diketahui apakah ada lebih dari satu fase pemukiman di antara akhir abad
ke-9 M dan akhir abad ke-11 M atau awal ke-12 M. Penanggalan ini
berdasarkan telaah keramik Cina.
Beberapa ekskavasi dan survey
yang telah dibuat di Timur Dekat, Pakistan, Asia Selatan serta di
pesisir Timur Afrika memberikan informasi yang kurang lengkap tentang
penyebaran tembikar jenis ini namun dapat membantu untuk membandingkan
penanggalannya serta penyebaran orang-orangnya dan hipotesis tentang
tempat asalnya.
Iran
Atau Persia ditemukan di Siraf
(1000-1250 M), Makran (1000-1250M), penanggalan oleh Hobson, yaitu abad
ke-9, abad ke-10, sekaligus untuk temuan dari Makran dan dari Siraf yang
dianggap mirip. Berdasarkan penanggalan baru ini juga dapat digunakan
untuk temuan dari Makran. Kish pada abad ke-11 sampai dengan abad ke-13.
Selian
keramik-keramik yang ditemukan di daerah-daerah tersebut di atas,
hubungan antara Batak dan Persia sebenarnya sudah terjalin sejak dahulu
kala. Baik itu persia di jaman majusi atau zoroaster maupun paska zaman
Islam. Pertukaran budaya tersebut sudah sangat mengakar.
Sebuah
manuskrip kuno berbahasa Armenia, dulu dalam dominasi budaya persia,
juga menyebutkan Barus dalam berbagai hal. Lihat R. Avramian, "Suatu
Catatan Perjalanan Dalam bahasa Armenia Tentang India pada abad ke-12
M", Bander Matenadarani, Erevan, 4, 1958, hal. 317-328. Barus dikatakan
Fansur sebagai sebuah pulau di kepulauan India.
Irak
Hira
(abad ke-11 sampai dengan abad ke-12). Selain keramik yang ditemukan di
Hira, diduga orang-orang Batak atau budaya Batak telah melakukan
hubungan dengan kebudayaan Mesopotamia di Iraq.
Oman
Sohar
(abad ke-11 sampai dengan ke-12). Selain keramik di Sohar, ada begitu
banyak tulisan perjalanan yang dilakukan bangsa Arab ke Barus. Selain
itu, beberapa tokoh Batak juga seringkali mengunjungi Arab untuk
berdagang maupun sebagai persinggahan ke Afrika.
Pakistan
Bambhore
abad ke-11 sampai dengan abad ke-13). Brahminabad (Abad ke-? Sampai
dengan abad ke-11 M). Pakistan dulu merupakan bagian dari India yang
sudah banyak membuat hubungan kultural dengan bangsa Batak
Sri Langka
Mantai
(abad ke-? Sampai abad ke-11 M). Selain peninggalan keramik ini diduga
masih banyak hubungan budaya antara Sri Langka dengan Batak. Bahkan
sampai sekarang di sana masih terdapat komunitas Batak khususnya dari
marga Nasution. Namun semuanya sudah menyatu menjadi masyarakat melayu
minoritas di Kolombo. Orang Batak dari marga Nasution ini pula pernah
diangkat menjadi duta besar Sri Langka untuk Pakistan.
Arab Saudi
Al
Hasa (Abad ke-? Sampai pertengahan abad ke-11M), Aththar (Abad ke-?
Sampai pertengahan abad ke-11M). Hubungan Batak dengan Arab tidak saja
dalam bidang budaya akan tetapi hubungan religi, yakni Mekkah.
Orang-orang Batak sejak abad-abad di atas sudah mengunjungi Mekkah
dengan menumpang kapal-kapal Cina yang berlayar menuju Laut Merah.
Kenya
Pada
abad ke-11 M. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai eksistensi
masyarakat Batak di Kenya. Karena sampai sekarang belum ada penilitian
ke arah itu
Tanzania
Kilwa (Abad ke11 sampai akhir abad
ke-12 M). Hubungan bangsa Batak dengan Tanzania sudah berlangsung sejak
dahulu kala. Diyakini juga mencakup seluruh Afrika, terutama Madagaskar.
Orang
Batak sudah banyak yang melakukan kunjungan budaya ke Tanzania,
tepatnya Zanzibar dan kembali ke tanah Batak memperkenalkan Islam di
tanah Batak. Salah satu contohnya adalah Abdulrauf Fansur. Dia
memperkenalkan faham khawarij dengan mazhab fiqih ibadiyah pada kisaran
1593 M.
Mesir
Fustat (10 M). Selain Keramik yang ditemukan
di Fustat tersebut disebutkan juga melalui literatur bahwa rombongan
kapal Fir'aun dari Mesir telah berkali-kali berlabuh di Barus antara
lain untuk membeli kapur barus (kamper), bahan yang sangat diperlukan
untuk pembuatan mummi. Mereka adalah orang-orang Arab pra-Islam Funisia,
Kartago yang sekarang menjadi Libya dan Mesir, Afrika Utara.
Beberapa
literatur mengenai Barus dan pelayaran orang-orang Yunani, Arab, Mesir,
Yahudi, India, Persia, Cina dan lain-lain ke daerah tersebut di
antaranya, O. W. Wolters, The Fall of Srivijaya in Malay History,
Itacha: Lund Humpries Publishers Ltd., 1970.
Yang penting lagi
adalah G. Ferrand, Relation de voyages et textes Geographiques Arabs.
Persians et Turks relatif e l'Extreme-Orient du Ville aux siecles 2
jilid, Paris, 1913; dan N. J. Krom, Hindoe- Javanesche Geschiedenis
(cetakan kedua), 's-Gravenhague, 1931.
Hubungan kebudayaan Batak
dengan Yunani sudah sangat intens. Diyakini banyak pengetahuan Astronomi
didapat para ahli Yunani yang berkunjung ke Barus di dapat dari
kebudayaan Batak.
Ptolomeus membicarakan Barus sebanyak lima kali
di dalam laporannya dengan pandangan negatif terhadap penduduk pribumi
Sumatera, khususnya orang Batak yang dikatakannya sebagai orang-orang
kanibal (Wolters hal. 9; Krom h. 57-59).
Beberapa abad kemudian
hal ini terbukti ketika seorang pedagang Yahudi dari Kairo telah
meninggal di Barus pada paruh pertama abad-13 (Wolters 43). Diduga orang
Yahudi ini berlaku sombong dan semena-mena dan dimakan oleh orang
Batak.
Apakah pada masa lalu Barus merupakan sebuah tempat
persinggahan di jalur maritim yang menyusuri pantai barat Sumatera ke
Jawa, atau sebuah tempat perdagangan yang menyediakan hasil hutan di
luar jalur maritim utama? Banyaknya pecahan keramik serta mutunya temuan
kaca membuktikan kemakmuran tempat pemukiman ini?
Terletak di
pantai barat Sumatera, Barus kelihatan jauh dari jalur maritim
tradisional yang dikenal. Barus dipilih sebagai tempat persinggahan
bukan karena alam sekitarnya yang sesuai atau karena fungsinya sebagai
pintu masuk sebuah daerah dataran rendah yang luas. Sebenarnya Bukit
Barisan begitu dekat dengan pantai, sehingga dataran rendahnya hampir
sempit.
Barus ada dan terkenal berkat hasil hutannya yang
bernilai tinggi dan sangat terbatas daerah penghasilnya. Dalam sebuah
inventaris harta karun abad ke-11 M, Kalifah Dinasti Fatimiyah dari
Mesir, terdaftar banyak wadah dari 'porselin' Cina yang berisi kafur
fansuri yaitu kapur dari Barus. (Lihat Kahle, 1941, Ahli sejarah
al-Makrizi yang hidup pada bad ke-15 M, mencatat sebuah inventaris harta
karun Dinati Fatimiyah dari Mesir yang dilakukan oleh seorang pegawai
kalifah pada abad ke-11 M. Istilah porselin bisa diartikan barang buatan
Cina. Bahan keramik mungkin batuan, batuan porselin atau porselin.,
sangat berbeda dengan bahan tembikar buatan timur dekat. Kamper yang
mungkin diekspor dari Barus dalam tempayan atau dalam wadah lain.
Setelah sampai di tempat tujuan dijual secara ketengan dan kemudian
disimpan dalam wadah khusus.
Pada abad ke-7 M, sewaktu
pemerintahan Arab menguasai kawasan timur yang sebelumnya dibagi antara
Kemaharajaan Bizantium di barat dan Dinasti Sassanid di timur, beberapa
daerah yang berbeda disatukan menjadi sebuah kawasan yang sangat luas
(Lombard, 1971)
Di tengah Eurasia, kawasan timur yang beragama
Islam, memanfaatkan kekhususan setiap daerah yang dikuasasinya. Pelaut
Arab dan Persia, yang sudah terbiasa berlayar dari pelabuhan di Teluk
Persia dan Laut Merah ke Lautan Hindia, membuka ekonomi baru ini untuk
barang-barang dari Timur Jauh.
Periode ekspansi besar perdagangan
muslim, dari abad ke-8 M hingga abad ke 11 M, ditekankan pada
penempatan masyarakatnya dari pantai Lautan Hindiasapai ke Cina,
sehingga membentuk sebuah jaringan untuk menyediakan bahan dan barang
yang dibutuhkan.
Wadah Cina yang berisi kafur fansuri dalam harta
karun Kalifah Fatimiyah membuktikan aspek dualisme Barus yang sekaligus
berhubungan dengan Cina dan juga Timur Dekat.
Sebuah sumber
mengatakan bahwa pada abad ke-9 M, Barus (Fansur) sudah dikenal karena
kamfernya. (Lihat Ahbar as-Shin wa al-Hind, yang diterjemahkan menjadi
Relation de la Chines et de l'Inde, redigee en 851 [Mengenai Cina dan
India, ditulis pada tahun 851], Paris, Belles, Lettres, 1948, hlm 4:
"Satu tempat bernama Fantsour yang menghasilkan banyak kamfer bermutu
tinggi."
Perkiraan tentang periode awal impor keramik Cina di
Lobu Tua didasari atas penguraian beberapa pecahan khusus yang kurang
jelas periode pembuatannya. Namun diyakini bahwa keramik Cina mulai
diimpor ke Lobu Tua pada abad ke-10 M ataupun pada pertengahan abad ke
10 M, dan bukan pada abad ke-9 M. Sayangnya terdapat banyak pecahan
tanpa ciri-ciri tertentu yang dapat membantu untuk mengidentifikasinya
atau menggalinya denga n tepat. Di antara keramik Cina hasil penggalian
di Siraf dan Sohar terdapat beberapa jenis yang tidak ditemukan di Lobu
Tua, yakni keramik putih yang berasal dari tungku di bagian utara Cina,
keramik batuan dari Changsha yang hiasannya berwarna coklat oksidasi dan
hijau oksida tembaga, keramik batuan dari Yue yang dasarnya berglasir,
mangkuk dengan dasasr jenis bi hasil tungku dari bagian utara Cina atau
dari Yuezhou. Semua jenis ini tentu dari abad ke-9 M, suatu penanggalan
yang cocok karena termasuk dalam periode di mana Teluk Persia menguasasi
kegiatan perdagangan di Timur Dekat, yaitu dari pertengahan abad ke-8 M
hingga akhir abad ke-10 M.
Munculnya Laut Merah sebagai daerah
lalu lintas maritim pada akhir abad ke 10 M nampak jelas dengan keramik
Cina yang ditemukan di Fustat (Mesir). Cukup jelas bahwa keramik Cina
dan Lobu Tua lebih mendekati temuan dari Fustat dibandingkan dari Siraf.
Oleh karena itu diduga ada sebuah jaringan yang menghubungkan Fustat
dan Barus selalui Sohar yang sudah eksis sejak dahulu kala. Di Sohar
sesuah zaman Siraf, keramik Cina dari abad ke-11M-awal abad ke-12 M,
diwakili keramik dari Guangdong yang banyak menyerupai keramik sejaman
dari Lobu Tua. Memang keramik putih dan keramik batuan dari Yue (abad
ke-10-awal abad ke-11M) ditemukan sekaligus di Lobu Tua, di Sohar dan di
Fustat, sedangkan keramik batuan dari hiasan berwarna coklat oksidasi
yang terdapat di Lobu Tua dan di Sohar nampaknya tidak ditemukan di
Fustat.
Perkembangan produksi dari Guangdong, terlihat dari
perubahan hiasan, sehingga munculnya keramik dengan bagian luar dihiasi
jajaran goresan yang dalam, dapat membbantu untuk menjelaskan mengapa
jenis ini tidak ditemukan (akhir abad ke-11M atau awal abad ke-12 M) di
timur dekat. Sebenarnya, perpecahan dunia Islam sejak paruh abad ke11 M
menyebabkan perubahan jaringan hubungan dan putusnya kegiatan
perdagangan jarak-jauh. Di Kota Kanton yang kosmopolitan, kegiatan
pedagang Arab dan Persia merupakan kelompok masyarakat yang besar hampir
pasti terganggu dan berkurang.
Akibat pembukaan sebuah kantor
pabean di Quanzhou pada akhir abad ke-11M, penyediaan keramik berpindah
ke Fujian dan berkembangnya tungku di Fujian sejajar dengan merosotnya
tungku di Guangdong. Sewaktu terjadi perubahan ini, keramik dari Fujian
mulai memasuki pasaran Asia Tenggra secara besar-besara dan sejak
pertengahan abad ke-12 M pasaran ini juga menerima seladon dari Longquan
di Zheijing. Sementyara itu, tungku-tungku yang terkenal dari
Jingdezhen mengekspor porselin berglasir biru hijau disebut qingbai,
sejenis keramik yang halus dan mewah.
Di dunia Islam, peralihan
ke keramik dari Fujian ini sejak abad ke-12 M hampir tidak terlaksana.
Cukup mengherankan bahwa produksi begitu besar asal tungku dari Dehua
atau Tong'an di Fujian yang banyak ditemukan di Filipina dan di
Nusantara hampir tidak ditemukan di Timur Dekat. Keadaan ini mungkin
disebabkan perubahan mendalam di Dunia Islam pada waktu itu yang juga
membawa akibat kepada masyarakat-masyakarat yang ikut serta dalam
perdagangan dengan Cina. Selain itu di Asia Tenggara, hilagnya keramik
yang berasal dari Timur Dekat sejak abad ke-12 M mendorong hipotesisi
putusnya jaringan perdagangan atau perubahan masyarakat yang mendiami
tempat perdagangan yang jauh.
Keanekaragaman persamaan di antara
keramik Cina dan Barus-Lobu Tua dengan Keramik dari situs pemukiman lain
di Dunia Islam, mungkin dapat membantu untuk mengidentifikasi
masyarakat asing yang tinggal di Lobu Tua, selain itu membantu memahami
hubungan antara tempat perdagangan ini dengan perdagangan asing dari
Kanton dan perdagangan yang berhubungan dengan kawasan Timur Dekat
melalui tempat persinggahakan lain.
Banyaknya serta beragamnya
temuan dari berbagai tempat asal (Timur Dekat, India dan Cina)
membuktikan bahwa Lobu Tua merupakan sebuah tempat pemukiman yang makmur
dengan benda-benda yang bermutu tinggi. Perlu diperhatikan juga bahwa
keramik Cina mudah didapati di Lobu Tua karena tidak ada tanda benda ini
diperbaiki seperti halnya di situs sejaman di Timur Dekat, atau juga
anehnya di Situs Ko Ko Khao (Thailand) yang lebih awal.
Pembahasan
fase terakhir impor keramik Cina di Lobu Tua menunjukkan bahwa seperti
di Timur dekat, keramik yang dihasilkan di Fujian pada abad ke-12 M
nampaknya tidak ditemukan, tetapi cukup banyak keramik yang dari
Guangdong atau dari Jiangxi.
Adanya temuan keramik bermutu
tinggi yang diimpor dari Cina, seperti keramik batuan berhias jajaran
goresan, pecahan tempayan berglasir oker coklat dari Xicun serta
porselin qingbai dari Jingdezhen, menunjukkan bahwa pada awal abad ke12
M, kehidupan penduduk Lobu Tua cukup mewah.
Kemakmuran ini
nampaknya tidak terganggu oleh perubahan-perubahan yang terjadi di Dunia
Islam. Akhir impor keramik Cina ke Lobu Tua dapat ditentukan, yaitu
antara awal hingga pertengahan abad ke-12 M dengan tidak ditemukannya
keramik seladon awal dari Longquan. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar