Harga Cocok, Pemandu Lagu Ikut ke Ranjang
Ajang Prostitusi di Ruang Karaoke
SUDAH jadi rahasia umum. Kurang lengkap rasanya bila berkaraoke di
Tempat Hiburan Malam (THM) tanpa didampingi para wanita Pemandu Lagu
(PL), atau yang kerap disebut "Ladies". Tugas mereka pun beragam, mulai
sekadar jadi pemanis, memilihkan lagu, menjadi partner duet, hingga
"bernyanyi" di atas ranjang.
WAKTU menunjukkan pukul 19.00 Wib. Wanita berparas ayu yang cukup kita sebut sebagai Onces ini bersiap melakukan rutinitasnya sebagai PL.
Bermodalkan tubuh tinggi, kulit kuning langsat serta rambut panjang terurai, penampilan janda yang tinggal di indekos Jalan Gatsu, Kota Medan ini memang cukup seksi. Ia makin terlihat sensual dengan riasan maksimal, parfum yang menggelitik indera penciuman, serta mini dress warna merah yang mempertegas lekukan tubuhnya. Ia lalu menuju ke salah satu tempat karaoke di tengah kota.
Sesampainya di sana, kembali ia sapukan lipstik merah merona untuk menambah rasa percaya dirinya. Setelah itu, wanita berusia 22 tahun ini pun langsung menemui seorang pria yang telah menunggunya di sebuah room atau ruangan karaoke. “Tamu ini langgananku. Tadi dia SMS katanya ngajak aku nyanyi,” celetuk Onces sebelum menghampiri tamunya.
Postur tubuh yang nyaris sempurna, ditambah paras yang cantik, membuat wanita muda ini semakin kebanjiran job belakangan ini. Tak jarang ia menolak tawaran lantaran padatnya jadwal “konser eksklusif” yang harus ia lakoni.
“Contohnya gini, satu malam ada dua tamu di jam yang hampir bersamaan. Ya mau enggak mau harus dikorbankan salah satunya. Susah kalau sudah telanjur jadi artis, suka banyak tawaran,” ujarnya lalu tertawa lepas. Menggemaskan.
Honor yang didapatkannya pun lumayan besar. Onces mengaku mematok tarif Rp 100 ribu perjam hanya untuk menemani tamunya bernyanyi di dalam room karaoke. “Ya kalau cuma nemenin nyanyi doang bisanya dapat 200 sampai 300 ribu (rupiah, Red) satu malam. Tapi kalau ramai, artinya sampai ada dua atau tiga tamu kadang sampai 700 ribu,” terangnya.
Ia menambahkan, pelanggannya pun dari berbagai kalangan. Mulai dari pengusaha, pegawai negeri ataupun aparatur negara. “Yang penting kan uangnya. Siapa dia itu urusan nomor 38. Kalau tamu-tamu aku sudah tahu tarifnya berapa. Tapi kalau yang baru biasanya aku kasih tau dulu. Kalau dia bilang itu mahal ya langsung aku tinggal aja. Toh, masih banyak yang mau aku temani,” katanya blak-blakan.
Meskipun pekerjaan Onces berhubungan erat dengan lagu, di dalam room karaoke, kemampuan bernyanyinya malah kalah diperhatikan ketimbang penampilan fisik. Bahkan banyak tamu yang tergiur kemolekan tubuhnya, sampai mengajaknya untuk melakukan “konser spesial” di hotel.
“Kalau itu (ajakan tidur, Red) enggak usah ditanya lagi. Sudah banyak yang gitu. Kadang habis nyanyi mereka ngajak aku ML (Making Love-bersenggama, Red). Kalau aku sih tergantung mood ya. Kalau memang enggak sreg ya aku bilang aja lagi halangan,” timpal Onces.
Karena itu, ia tidak memungkiri jika sempat beberapa kali menjadi "pramusyahwat". Tentu saja alasan ekonomi sebagai faktor utamanya kala melakoni aktivitas tersebut. Mengingat kebutuhan sang buah hati dan besarnya biaya hidup membuat Cinta tak mampu menolak ajakan tamunya untuk berhubungan intim dengan imbalan Rp 350 ribu sebagai tarif standarnya.
“Asal harganya cocok ya lanjut ke ranjang. Tapi digarisbawahi ya, tidak semua mendapatkan pelayanan seperti itu. Aku juga pilih-pilih kali kalau mau berhubungan dengan orang,” tandasnya.
Ditanya lebih jauh terkait keluarganya, tampaknya Cinta pandai benar menyimpan rahasia ini untuk dirinya sendiri. Saat ia harus menjalankan "tugas", anaknya pun dititipkan ke orangtuanya di luar kota. Lalu, dengan alasan bekerja di kafe, Onces pun mendapatkan izin dari orangtuanya untuk tidak pulang selama beberapa hari. “Pastinya orangtua tidak tahu apa yang saya kerjakan sekarang. Ya mereka tahu saya kerja di Super Market. Selebihnya mereka sudah tidak tanya lagi,” paparnya.
Di sisi lain, Onces mengaku lebih senang menjadi teman kencan terselubung sebagai PL, ketimbang terkoordinasi di bawah satu manajemen. Selain masalah kontrak, hasil yang diperolehnya juga utuh tanpa potongan dari pengelola tempat usaha hiburan.
“Aku nih orangnya enggak suka dikekang. Jadi enakan seperti ini, bebas. Mau kerja ya dijalani, mau istirahat juga enggak ada masalah. Dulu pernah di tempat karaoke, pendapatannya selalu dipotong untuk maminya (muncikari, Red),” jelasnya.
Di sisi lain, keberadaan PL nyambi teman tidur yang tidak dikoordinasi pengelola tempat usaha hiburan juga menjadi keuntungan tersendiri dari para lelaki hidung belang. Salah satunya sebut saja Mangus. Pria yang bekerja sebagai abdi negara ini kerap bermitra dengan para PL untuk menuntaskan hajat syahwat mereka.
“Kalau untuk ngobrol dan merayu lebih enak itu di room karaoke. Kalau di klub atau diskotek lebih banyak tamu, jadi pendekatannya susah. Apalagi untuk diajak ‘begituan’ (tidur, Red),” ungkap Mangus.
Bahkan ia menyebut, para PL di Medan juga kerap menawarkan "Quickie" alias seks kilat. Orientasinya tentu kepuasan sang pria: setelah sang tamu ejakulasi, maka kelarlah perkara. Tidak perlu harus melewati "prosedur" pada umumnya.
Tak tanggung-tanggung "Quickie" cukup dilakukan di toilet dalam room karaoke. Dengan memanfaatkan ruang sekecil itu, manuver pun terbatas. Salah satu cara paling aman adalah memanfaatkan kloset duduk, sebagai prasarana paling ideal melakukan hubungan intim jenis ini. Maklum, sangat jarang ada pelanggan PL yang mampu beraksi layaknya pemeran pria dalam film-film porno profesional. Sehingga mau tidak mau, duduk adalah cara yang paling aman untuk pinggang, lutut, dan betis. Setidaknya agar aksi tetap bisa tuntas, sebelum keletihan sampai lemas.
Karena pertimbangan harga yang relatif lebih murah, cara seks seperti ini kian digandrungi lelaki hidung belang Kota Medan. “Paling kalau di WC cuma bayar 200 sampai 300 ribu (rupiah, Red) sekali 'main'. Jauh lebih murah daripada dibawa ke hotel. Keluar duit lebih banyak,” ucapnya santai. (****/As)
WAKTU menunjukkan pukul 19.00 Wib. Wanita berparas ayu yang cukup kita sebut sebagai Onces ini bersiap melakukan rutinitasnya sebagai PL.
Bermodalkan tubuh tinggi, kulit kuning langsat serta rambut panjang terurai, penampilan janda yang tinggal di indekos Jalan Gatsu, Kota Medan ini memang cukup seksi. Ia makin terlihat sensual dengan riasan maksimal, parfum yang menggelitik indera penciuman, serta mini dress warna merah yang mempertegas lekukan tubuhnya. Ia lalu menuju ke salah satu tempat karaoke di tengah kota.
Sesampainya di sana, kembali ia sapukan lipstik merah merona untuk menambah rasa percaya dirinya. Setelah itu, wanita berusia 22 tahun ini pun langsung menemui seorang pria yang telah menunggunya di sebuah room atau ruangan karaoke. “Tamu ini langgananku. Tadi dia SMS katanya ngajak aku nyanyi,” celetuk Onces sebelum menghampiri tamunya.
Postur tubuh yang nyaris sempurna, ditambah paras yang cantik, membuat wanita muda ini semakin kebanjiran job belakangan ini. Tak jarang ia menolak tawaran lantaran padatnya jadwal “konser eksklusif” yang harus ia lakoni.
“Contohnya gini, satu malam ada dua tamu di jam yang hampir bersamaan. Ya mau enggak mau harus dikorbankan salah satunya. Susah kalau sudah telanjur jadi artis, suka banyak tawaran,” ujarnya lalu tertawa lepas. Menggemaskan.
Honor yang didapatkannya pun lumayan besar. Onces mengaku mematok tarif Rp 100 ribu perjam hanya untuk menemani tamunya bernyanyi di dalam room karaoke. “Ya kalau cuma nemenin nyanyi doang bisanya dapat 200 sampai 300 ribu (rupiah, Red) satu malam. Tapi kalau ramai, artinya sampai ada dua atau tiga tamu kadang sampai 700 ribu,” terangnya.
Ia menambahkan, pelanggannya pun dari berbagai kalangan. Mulai dari pengusaha, pegawai negeri ataupun aparatur negara. “Yang penting kan uangnya. Siapa dia itu urusan nomor 38. Kalau tamu-tamu aku sudah tahu tarifnya berapa. Tapi kalau yang baru biasanya aku kasih tau dulu. Kalau dia bilang itu mahal ya langsung aku tinggal aja. Toh, masih banyak yang mau aku temani,” katanya blak-blakan.
Meskipun pekerjaan Onces berhubungan erat dengan lagu, di dalam room karaoke, kemampuan bernyanyinya malah kalah diperhatikan ketimbang penampilan fisik. Bahkan banyak tamu yang tergiur kemolekan tubuhnya, sampai mengajaknya untuk melakukan “konser spesial” di hotel.
“Kalau itu (ajakan tidur, Red) enggak usah ditanya lagi. Sudah banyak yang gitu. Kadang habis nyanyi mereka ngajak aku ML (Making Love-bersenggama, Red). Kalau aku sih tergantung mood ya. Kalau memang enggak sreg ya aku bilang aja lagi halangan,” timpal Onces.
Karena itu, ia tidak memungkiri jika sempat beberapa kali menjadi "pramusyahwat". Tentu saja alasan ekonomi sebagai faktor utamanya kala melakoni aktivitas tersebut. Mengingat kebutuhan sang buah hati dan besarnya biaya hidup membuat Cinta tak mampu menolak ajakan tamunya untuk berhubungan intim dengan imbalan Rp 350 ribu sebagai tarif standarnya.
“Asal harganya cocok ya lanjut ke ranjang. Tapi digarisbawahi ya, tidak semua mendapatkan pelayanan seperti itu. Aku juga pilih-pilih kali kalau mau berhubungan dengan orang,” tandasnya.
Ditanya lebih jauh terkait keluarganya, tampaknya Cinta pandai benar menyimpan rahasia ini untuk dirinya sendiri. Saat ia harus menjalankan "tugas", anaknya pun dititipkan ke orangtuanya di luar kota. Lalu, dengan alasan bekerja di kafe, Onces pun mendapatkan izin dari orangtuanya untuk tidak pulang selama beberapa hari. “Pastinya orangtua tidak tahu apa yang saya kerjakan sekarang. Ya mereka tahu saya kerja di Super Market. Selebihnya mereka sudah tidak tanya lagi,” paparnya.
Di sisi lain, Onces mengaku lebih senang menjadi teman kencan terselubung sebagai PL, ketimbang terkoordinasi di bawah satu manajemen. Selain masalah kontrak, hasil yang diperolehnya juga utuh tanpa potongan dari pengelola tempat usaha hiburan.
“Aku nih orangnya enggak suka dikekang. Jadi enakan seperti ini, bebas. Mau kerja ya dijalani, mau istirahat juga enggak ada masalah. Dulu pernah di tempat karaoke, pendapatannya selalu dipotong untuk maminya (muncikari, Red),” jelasnya.
Di sisi lain, keberadaan PL nyambi teman tidur yang tidak dikoordinasi pengelola tempat usaha hiburan juga menjadi keuntungan tersendiri dari para lelaki hidung belang. Salah satunya sebut saja Mangus. Pria yang bekerja sebagai abdi negara ini kerap bermitra dengan para PL untuk menuntaskan hajat syahwat mereka.
“Kalau untuk ngobrol dan merayu lebih enak itu di room karaoke. Kalau di klub atau diskotek lebih banyak tamu, jadi pendekatannya susah. Apalagi untuk diajak ‘begituan’ (tidur, Red),” ungkap Mangus.
Bahkan ia menyebut, para PL di Medan juga kerap menawarkan "Quickie" alias seks kilat. Orientasinya tentu kepuasan sang pria: setelah sang tamu ejakulasi, maka kelarlah perkara. Tidak perlu harus melewati "prosedur" pada umumnya.
Tak tanggung-tanggung "Quickie" cukup dilakukan di toilet dalam room karaoke. Dengan memanfaatkan ruang sekecil itu, manuver pun terbatas. Salah satu cara paling aman adalah memanfaatkan kloset duduk, sebagai prasarana paling ideal melakukan hubungan intim jenis ini. Maklum, sangat jarang ada pelanggan PL yang mampu beraksi layaknya pemeran pria dalam film-film porno profesional. Sehingga mau tidak mau, duduk adalah cara yang paling aman untuk pinggang, lutut, dan betis. Setidaknya agar aksi tetap bisa tuntas, sebelum keletihan sampai lemas.
Karena pertimbangan harga yang relatif lebih murah, cara seks seperti ini kian digandrungi lelaki hidung belang Kota Medan. “Paling kalau di WC cuma bayar 200 sampai 300 ribu (rupiah, Red) sekali 'main'. Jauh lebih murah daripada dibawa ke hotel. Keluar duit lebih banyak,” ucapnya santai. (****/As)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar